Usia harta, kekuatan, kedudukan, ilmu, dan amal yang merupakan milik Anda sebenarnya adalah yang digunakan untuk ketaatan kepada Allah." Selanjutnya, Ibnu Qayim lebih lanjut menerangkan akibat-akibat dari berbuat maksiat ini secara terperinci. Ini rangkumannya: 1-Maksiat Menghalangi Ilmu Pengetahuan
Ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada pelaku maksiat. Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi ilmu, mendorong pemeluknya untuk menuntut ilmu, mengamalkan ilmu, dan sangat menghormati para guru. ilmu pengetahuan adalah sesutau yang wajib dimiliki, karena tidak akan mungkin seseorang mampu melakukan ibadah yang merupakan tujuan diciptakannya manusia oleh Allah Taโ€™ala, tanpa didasari ilmu. Minimal, ilmu pengetahuan yang akan memberikan kemampuan kepada dirinya, untuk berusaha agar ibadah yang dilakukan tetap berada dalam aturan-aturan yang telah ditentukan. Dalam agama, ilmu pengetahuan, adalah kunci menuju keselamatan dan kebahagiaan akhirat selama-lamanya. Ilmu Adalah Cahaya Ilmu adalah cahaya yang dimasukkan oleh Allah Taโ€™ala ke dalam hati seorang hamba, sedangkan maksiat akan mematikan cahaya tersebut. Ketika Imam Asy-Syaiii duduk berguru di hadapan Imam Malik dengan โ€œmembacakanโ€ kitab kepadanya maka, Imam Malik terkagum oleh kecepatan hafalannya, kecerdasannya yang sangat cemerlang, dan pemahamannya yang sempurna. Beliau kemudian berkata kepadanya, โ€œSungguh aku melihat bahwa Allah Taโ€™ala telah memberikan cahaya kepadamu, maka jangan padamkan cahaya itu dengan gelapnya kemaksiatan.โ€ Baca juga Buah Dosa Dikeesokan Hari Sudah tidak asing lagi ditelingga kita perkataan Imam Syafiโ€™i yang berbunyi, โ€œAku pernah mengadukan kepada Wakiโ€™ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.โ€ Iโ€™anatuth Tholibin, 2 190 Saudaraku, hafalan Imam Syafiโ€™i sungguh amat luar biasa. Diumur 7 tahun sudah hafal Al-Quran dan diumur 10 tahun sudah hafal kitab Al-Muwathoโ€™ karangan Imam Malik. Dan diumur 15 tahun sudah menjadi mufti Thorh At Tatsrib, 1 95-96 Namun, suatu hari Imam Syafiโ€™i pernah mengadukan kepada gurunya atas sulitnya mengulang hafalannya. Si guru menegurnya, โ€œEngkau pasti pernah melakukan suatu dosa. Cobalah engkau merenungkan kembali!โ€ Imam Syafiโ€™i pun merenung, ia merenungkan keadaan dirinya, โ€œApa yah dosa yang kira-kira telah kuperbuat?โ€ Beliau pun teringat bahwa pernah suatu saat beliau melihat seorang wanita tanpa sengaja yang sedang menaiki kendaraannya, lantas tersingkap pahanya -ada pula yang mengatakan yang terlihat adalah mata kakinya- Lantas setelah itu beliau memalingkan wajahnya. Terlena Dalam Lubang Kemaksiatan Saudaraku, hafalan beliau bisa terganggu karena ketidak-sengajaan. Itu pun sudah mempengaruhi hafalan beliau. Bagaimana dengan kita yang keseharian tidak bisa lepas dengan barbagai aurat wanita. Seperti rambut, betis, leher, bahkan bagian lutut keatas. Di zaman Imam Syafiโ€™i aurat tersebut tersingkap secara tidak sengaja. Namun, hari ini aurat diumbar dan diperlihatkan di mana-mana. Bahkan lebih parahnya, banyak model yang dengan bangga menontonkan aurat mereka. Sungguh, kita memang benar-benar telah terlena dengan maksiat. Lantas maksiat tersebut menutupi hati kita sehingga kita pun sulit melakukan ketaatan, malas untuk beribadah, juga sulit dalam hafalan Al Qurโ€™an dan hafalan ilmu lainnya. Maka benarlah firman Allah Taโ€™ala yang berbunyi, ูƒูŽู„ู‘ูŽุง ุจูŽู„ู’ ุฑูŽุงู†ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ู‚ูู„ููˆุจูู‡ูู…ู’ ู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ููˆุง ูŠูŽูƒู’ุณูุจููˆู†ูŽ โ€œSekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.โ€ QS. Al Muthoffifin 14. Al Hasan Al Bashri rahimahullah berkata, โ€œYang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah dosa di atas tumpukan dosa sehingga bisa membuat hati itu gelap dan lama kelamaan pun mati.โ€ Tafsir Al Qurโ€™an Al Azhim, Ibnu Katsir, 14 268. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, โ€œJika hati sudah semakin gelap, maka amat sulit untuk mengenal petunjuk kebenaran.โ€ Ad Daaโ€™ wad Dawaaโ€™,107. Al Fudhail bin Iyadh berkata, ุจู‚ุฏุฑ ู…ุง ูŠุตุบุฑ ุงู„ุฐู†ุจ ุนู†ุฏูƒ ูŠุนุธู… ุนู†ุฏ ุงู„ู„ู‡ ูˆุจู‚ุฏุฑ ู…ุง ูŠุนุธู… ุนู†ุฏูƒ ูŠุตุบุฑ ุนู†ุฏ ุงู„ู„ู‡ โ€œJika engkau menganggap dosa itu kecil, maka itu sudah dianggap besar di sisi Allah. Sebaliknya, jika engkau mengganggap dosa itu begitu besar, maka itu akan menjadi ringan di sisi Allah.โ€ Imam Ahmad berkata bahwa beliau pernah mendengar Bilal bin Saโ€™id menuturkan, ู„ุง ุชู†ุธุฑ ุฅู„ู‰ ุตุบุฑ ุงู„ุฎุทูŠุฆุฉ ูˆู„ูƒู† ุงู†ุธุฑ ุฅู„ู‰ ุนุธู… ู…ู† ุนุตูŠุช โ€œJanganlah engkau melihat pada kecilnya dosa. Akan tetapi lihatlah pada agungnya siapa yang engkau maksiati yaitu Allah Taโ€™ala.โ€ Muhammad bin Ibrahim al-Bikri, Dalil Al-Falihin litarqi Riyadhus Shalihin, cet IV, jilid 1, hal 239 Ya Allah, berilah taufik pada kami sehingga mudah melakukan ketaatan dan menjauhi maksiat serta berilah hidayah pada kami untuk giat bertaubat. Semoga Kau bimbing kami tetap dijalan-Mu, serta mendapatkan ilmu yang bermanfaat di dunia maupun di akhirat, amin. Wallahu Taโ€™ala Alam [] Ibnu Alatas
Makaia pun melakukan maksiat hingga ia tenggelamkan amalan kebaikan yang telah. Orang yang duduk di dalam masjid menunggu pelaksanaan shalat dan keutamaan (berdiam di) masjid Kitab Adzan. Allah, seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang wanita kaya lagi cantik lalu dia berkata, 'Aku takut kepada Allah', dan seorang yang bersedekah
Alhamdulillah, pada kesempatan kali ini kami akan coba membahas terkait hadits tentang maksiat. Semoga pembahasan hadits tentang maksiat ini bisa bermanfaat untuk kita Hadits Tsauban dan Abu HurairahPenjelasan IsykalMemahami Hadits Tsauban dan Abu HurairahPertanyaanBagaimana memahami dua buah hadits, yaitu hadits Tsauban radhiallahu anhu di mana Nabi Shallallahuโ€™alaihi Wasallam bersabda,ู„ูŽุฃูŽุนู’ู„ูŽู…ูŽู†ูŽู‘ ุฃูŽู‚ู’ูˆูŽุงู…ู‹ุง ู…ูู†ู’ ุฃูู…ูŽู‘ุชููŠ ูŠูŽุฃู’ุชููˆู†ูŽ ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ุงู„ู’ู‚ููŠูŽุงู…ูŽุฉู ุจูุญูŽุณูŽู†ูŽุงุชู ุฃูŽู…ู’ุซูŽุงู„ู ุฌูุจูŽุงู„ู ุชูู‡ูŽุงู…ูŽุฉูŽ ุจููŠุถู‹ุง ููŽูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ูู‡ูŽุง ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุนูŽุฒูŽู‘ ูˆูŽุฌูŽู„ูŽู‘ ู‡ูŽุจูŽุงุกู‹ ู…ูŽู†ู’ุซููˆุฑู‹ุง ู‚ูŽุงู„ูŽ ุซูŽูˆู’ุจูŽุงู†ู ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุตููู’ู‡ูู…ู’ ู„ูŽู†ูŽุง ุฌูŽู„ูู‘ู‡ูู…ู’ ู„ูŽู†ูŽุง ุฃูŽู†ู’ ู„ูŽุง ู†ูŽูƒููˆู†ูŽ ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽู†ูŽุญู’ู†ู ู„ูŽุง ู†ูŽุนู’ู„ูŽู…ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽู…ูŽุง ุฅูู†ูŽู‘ู‡ูู…ู’ ุฅูุฎู’ูˆูŽุงู†ููƒูู…ู’ ูˆูŽู…ูู†ู’ ุฌูู„ู’ุฏูŽุชููƒูู…ู’ ูˆูŽูŠูŽุฃู’ุฎูุฐููˆู†ูŽ ู…ูู†ู’ ุงู„ู„ูŽู‘ูŠู’ู„ู ูƒูŽู…ูŽุง ุชูŽุฃู’ุฎูุฐููˆู†ูŽ ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ูŽู‘ู‡ูู…ู’ ุฃูŽู‚ู’ูˆูŽุงู…ูŒ ุฅูุฐูŽุง ุฎูŽู„ูŽูˆู’ุง ุจูู…ูŽุญูŽุงุฑูู…ู ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุงู†ู’ุชูŽู‡ูŽูƒููˆู‡ูŽุงโ€œSungguh saya telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih. Kemudian Allah menjadikannya debu yang berterbangan.โ€ Tsauban bertanya, โ€œWahai Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri mereka dan jelaskanlah perihal mereka agar kami tidak menjadi seperti mereka tanpa disadari.โ€ Beliau bersabda โ€œSesungguhnya mereka adalah saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka shalat malam sebagaimana kalian, tetapi mereka adalah kaum yang jika bersendirian mereka menerjang hal yang diharamkan Allah.โ€ Shahih. HR. Ibnu Majah.dan hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu, bahwa Nabi Shallallahuโ€™alaihi Wasallam bersabda,ูƒูู„ู‘ู ุฃูู…ู‘ูŽุชููŠ ู…ูุนูŽุงูู‹ู‰ ุฅูู„ู‘ูŽุง ุงู„ู’ู…ูุฌูŽุงู‡ูุฑููŠู†ูŽ ุŒ ูˆูŽุฅูู†ู‘ูŽ ู…ูู†ู’ ุงู„ู’ู…ูุฌูŽุงู‡ูŽุฑูŽุฉู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุนู’ู…ูŽู„ูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุฌูู„ู ุจูุงู„ู„ู‘ูŽูŠู’ู„ู ุนูŽู…ูŽู„ู‹ุง ุซูู…ู‘ูŽ ูŠูุตู’ุจูุญูŽ ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ุณูŽุชูŽุฑูŽู‡ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ููŽูŠูŽู‚ููˆู„ูŽ ูŠูŽุง ููู„ูŽุงู†ู ุนูŽู…ูู„ู’ุชู ุงู„ู’ุจูŽุงุฑูุญูŽุฉูŽ ูƒูŽุฐูŽุง ูˆูŽูƒูŽุฐูŽุงุŒ ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ุจูŽุงุชูŽ ูŠูŽุณู’ุชูุฑูู‡ู ุฑูŽุจู‘ูู‡ูุŒ ูˆูŽูŠูุตู’ุจูุญู ูŠูŽูƒู’ุดููู ุณูุชู’ุฑูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูโ€œSeluruh umatku diampuni kecuali al-mujaahirun orang yang melakukan al-mujaaharah. Dan termasuk bentuk al-mujaaharah adalah seseorang berbuat dosa pada malam hari, kemudian di pagi hari Allah telah menutupi dosanya namun dia berkata, โ€œWahai fulan semalam aku telah melakukan dosa ini dan itu.โ€ Allah telah menutupi dosanya di malam hari, akan tetapi di pagi hari dia membuka kembali dosa yang telah ditutup oleh Allah tersebut.โ€ Shahih. HR. Bukhari dan Muslim.Sebagian orang mengalami kesulitan dalam mengompromikan dua hadits ini dikarenakan secara tekstual kedua hadits ini memiliki kandungan yang hadits pertama, yaitu hadits Tsauban radhiallahu anhu, pelaku maksiat yang melakukan maksiatnya ketika sendirian, tidak diketahui orang lain, dikatakan amalannya menjadi sia-sia dan diancam siksa berdasarkan kandungan hadits kedua, yaitu hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu, semestinya mereka yang menyembunyikan maksiatnya termasuk ke dalam golongan yang diampuni. Karena yang tidak diampuni adalah yang menampakkannya al-mujaahirun.Dalam mengompromikan kedua hadits ini para ulama menempuh beragam cara sebagai berikutPertama melemahkan hadits Tsauban. Alasannya adalah sebagai berikutStatus salah seorang rawi hadits ini bernama โ€œUqbah bin Alqamah bin Hadij al-Maโ€™aafiriy dinilai lemah. Al-Uqailiy mengatakan,ู„ุง ูŠุชุงุจุน ุนู„ู‰ ุญุฏูŠุซู‡โ€œHadits Uqbah tidak memiliki mutabaโ€™ahโ€Ibnu Adiy mengatakan,ุฑูˆู‰ ุนู† ุงู„ุฃูˆุฒุงุนูŠ ู…ุง ู„ู… ูŠูˆุงูู‚ู‡ ุนู„ูŠู‡ ุฃุญุฏโ€œUqbah meriwayatkan hadits dari al-Auzaโ€™i yang tidak disepakati oleh seorang punโ€Selain itu, matan hadits Tsauban dinilai mungkar dengan alasan ketentuan dalam Islam adalah keburukan tidaklah menggugurkan pahala kebaikan, namun sebaliknya kebaikanlah yang mampu menghilangkan kedua alasan tersebut kurang tepat mengingat rawi Uqbah bin Alqamah telah dinilai sebagai rawi yang tsiqah oleh banyak ulama, diantaranya adalah Ibnu Maโ€™in dan ulama menolak periwayatan Uqbah adalah jika riwayat tersebut merupakan periwayatan anaknya, Muhammad, dari Uqbah atau Uqbah membawa suatu riwayat dari al-Auzaโ€™i. Sedangkan hadits Tsauban, bukanlah riwayat uqbah dari al-Auzaโ€™i dan tidak pula diriwayatkan oleh Muhammad dari beliau. Dengan demikian, minimal sanad hadits ini adalah hasan. Wallahu aโ€™ penilaian atas kemungkaran matan hadits Tsaubah, maka hal ini pun tidak tepat mengingat makna yang sama dikemukakan dalam surat an-Nisaa ayat 108 di mana Allah taโ€™ala berfirman,ูŠูŽุณู’ุชูŽุฎู’ูููˆู†ูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ูˆูŽู„ุง ูŠูŽุณู’ุชูŽุฎู’ูููˆู†ูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ู…ูŽุนูŽู‡ูู…ู’ ุฅูุฐู’ ูŠูุจูŽูŠู‘ูุชููˆู†ูŽ ู…ูŽุง ู„ุง ูŠูŽุฑู’ุถูŽู‰ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู„ู ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุจูู…ูŽุง ูŠูŽุนู’ู…ูŽู„ููˆู†ูŽ ู…ูุญููŠุทุงู‹โ€œMereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi ilmu-Nya terhadap apa yang mereka kerjakanโ€ QS. An-Nisaa 108.Meski dalam ayat di atas tidak disebutkan dengan jelas perihal gugurnya amalan mereka, namun hal itu dapat dipahami dari makna ayat tersebut. Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam menafsirkan ayat ini,ู‡ูŽุฐูŽุง ุฅูู†ู’ูƒูŽุงุฑูŒ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู…ูู†ูŽุงููู‚ููŠู†ูŽ ูููŠ ูƒูŽูˆู’ู†ูู‡ูู…ู’ ูŠูŽุณู’ุชูŽุฎู’ูููˆู†ูŽ ุจูู‚ูŽุจูŽุงุฆูุญูู‡ูู…ู’ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ู„ูุฆูŽู„ู‘ูŽุง ูŠูู†ู’ูƒูุฑููˆุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ุŒ ูˆูŽูŠูุฌูŽุงู‡ูุฑููˆู†ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ุจูู‡ูŽุง ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู…ูุทู‘ูŽู„ูุนูŒ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽุฑูŽุงุฆูุฑูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุนูŽุงู„ูŽู…ูŒ ุจูู…ูŽุง ูููŠ ุถูŽู…ูŽุงุฆูุฑูู‡ูู…ู’ุ› ูˆูŽู„ูู‡ูŽุฐูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽ {ูˆูŽู‡ููˆูŽ ู…ูŽุนูŽู‡ูู…ู’ ุฅูุฐู’ ูŠูุจูŽูŠู‘ูุชููˆู†ูŽ ู…ูŽุง ู„ูŽุง ูŠูŽุฑู’ุถูŽู‰ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู„ู ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุจูู…ูŽุง ูŠูŽุนู’ู…ูŽู„ููˆู†ูŽ ู…ูุญููŠุทู‹ุง} ุชูŽู‡ู’ุฏููŠุฏูŒ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽูˆูŽุนููŠุฏูŒโ€œHal ini merupakan pengingkaran terhadap orang-orang munafik yang berupaya menyembunyikan keburukan mereka dari hadapan manusia agar tidak diingkari. Mereka pun pada akhirnya mengakui hal tersebut karena Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang ada di dalam hati mereka. Oleh karena itu, sebagai bentuk ancaman kepada mereka Allah berfirman yang artinya, โ€œpadahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi ilmu-Nya terhadap apa yang mereka kerjakanโ€ Tafsiir Ibn Katsiir.Baca Juga Pokok-Pokok MaksiatKedua Hadits Tsauban berkenaan dengan kaum munafikin, sedangkan hadits Abu Hurairah berkenaan dengan kaum muslimin. Dengan demikian, tidak ada kontradiksi antara keduanya. Terlebih lagi jika kita memaknai karakter kemunafikan di sini sebagai kemunafikan amaliy yang tidak menafikan ikatan keimanan alias tidak mengeluarkan pelaku perbuatan yang tersebut dalam hadits Tsauban dari lingkup yang ada membenarkan hal tersebut. Jika kita merenungkan kondisi sebagian saudara kita yang nampak secara lahiriah berpegang teguh dengan agama namun terjerumus ke dalam kemungkaran, dan dengan mendengar pengakuan dari mereka sendiri yang telah bertaubat, tentu akan menjumpai hal yang antara mereka ada yang bermaksiat tatkala bersendirian dengan menyaksikan video dan memandang situs-situs yang mengandung konten tidak senonoh, serta menggunakan identitas palsu agar dapat berkomunikasi dengan lawan jenis non-mahram. Kita dapat melihat bahwa mereka yang melakukan hal tersebut secara lahiriah konsisten terhadap ajaran agama, nampak dalam pakaian, shalat, dan puasa yang dikerjakan. Pada mereka inilah ancaman dalam hadits Tsauban radhiallahu anhu ditujukan, sebagai ancaman karena perbuatan mereka serupa dengan orang-orang munafik, atau dikarenakan mereka menjadi musuh iblis secara lahiriah, namun menjadi teman iblis di kala bersendirian sebagaimana yang dikemukakan oleh sebagian ulama Hajr al-Haitami rahimahullah mengatakan,ุงู„ูƒุจูŠุฑุฉ ุงู„ุณุงุฏุณุฉ ูˆุงู„ุฎู…ุณูˆู† ุจุนุฏ ุงู„ุซู„ุงุซู…ุงุฆุฉ ุฅุธู‡ุงุฑ ุฒูŠ ุงู„ุตุงู„ุญูŠู† ููŠ ุงู„ู…ู„ุฃ ุŒ ูˆุงู†ุชู‡ุงูƒ ุงู„ู…ุญุงุฑู… ุŒ ูˆู„ูˆ ุตุบุงุฆุฑ ููŠ ุงู„ุฎู„ูˆุฉ ุฃุฎุฑุฌ ุงุจู† ู…ุงุฌู‡ ุจุณู†ุฏ ุฑูˆุงุชู‡ ุซู‚ุงุช ุนู† ุซูˆุจุงู† ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ุนู† ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฃู†ู‡ ู‚ุงู„ ู„ุฃุนู„ู…ู†ู‘ูŽ ุฃู‚ูˆุงู…ุงู‹ ู…ูู† ุฃู…ุชูŠ ูŠุฃุชูˆู†โ€œDosa besar ketiga ratus lima puluh enam adalah menampakkan keshalihan di hadapan manusia, namun menerjang perkara yang diharamkan Allah, meski dosa kecil di kala bersendiri. Ibnu Majah meriwayatkan dengan sanad para perawi yang tsiqah dari Tsauban radhiallahu anhu dari nabi shallallalu alaihi wa sallam, beliau bersabda, โ€œSungguh saya telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari umatkuโ€ฆโ€โ€ az-Zawaajir an Iqtiraafi al-Kabaa-ir.Ketiga Sabda nabi shallallahu alaihi wa sallam โ€œุฅุฐูŽุง ุฎูŽู„ูˆุง ุจูู…ูŽุญูŽุงุฑูู…ู ุงู„ู„ู‡โ€ tidak hanya berarti bahwa pelaku dalam hadits Tsauban melakukan apa yang dilarang Allah tatkala bersendirian di rumah! Namun dapat diartikan bahwa mereka terkadang melakukan hal tersebut bersama dengan kawan-kawan dan orang yang semisal dengannya. Dengan demikian, dalam hadits Tsauban terkandung penjelasan perihal mereka bersama-sama bersembunyi dari pandangan manusia untuk melakukan apa yang dilarang Allah, bukan berarti bahwa setiap dari mereka menyendiri di rumah masing-masing menerjang larangan itulah yang tidak akan dimaafkan, sementara yang nampak bagi kami pelaku maksiat yang dimaafkan sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Hurairah adalah seorang yang dalam keadaan sendirian melakukan karena itu, dalam hadits Abu Hurairah subjek disebutkan secara tunggal dan spesifik, di mana Allah telah menutupi aib yang dilakukannya di malam hari sebagaimana dalam kalimat โ€œูŠูŽุนู’ู…ูŽู„ูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุฌูู„ู ุจูุงู„ู„ู‘ูŽูŠู’ู„ู ุนูŽู…ูŽู„ู‹ุง ุซูู…ู‘ูŽ ูŠูุตู’ุจูุญูŽ ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ุณูŽุชูŽุฑูŽู‡ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูโ€, sedangkan dalam hadits Tsauban terkandung lafadz jamak/plural mengingat dalam hadits tersebut terdapat kata โ€œู‚ูˆู’ู…โ€ dan โ€œุฎูŽู„ูŽูˆุงโ€.Asy-Syaikh Muhammad Nashirudin al-Albani rahimahullah mengatakan, โ€œNampaknya kalimat โ€œุฎู„ูˆุง ุจู…ุญุงุฑู… ุงู„ู„ู‡โ€ bukanlah berarti โ€œุณุฑู‘ุงู‹โ€sendiri/rahasia, namun apabila terdapat kesempatan mereka melakukan apa yang dilarang oleh Allah. Dengan demikian kata โ€œุฎู„ูŽูˆุงโ€ bukanlah berarti โ€œุณุฑู‘ุงู‹โ€, namun memiliki arti yang sama sebagaimana terdapat dalam syaโ€™ir โ€œุฎู„ุง ู„ูƒู ุงู„ุฌูˆ ูุจูŠุถูŠ ูˆุงุตูุฑูŠโ€โ€ Silsilah Huda wa an-Nuur kaset nomor 225.Baca Juga 10 Nasihat Ibnul Qayyim Untuk Bersabar Agar Tidak Terjerumus Dalam Lembah MaksiatKeempat yang disebutkan dalam hadits Tsauban adalah orang yang menghalalkan maksiat atau melampaui batasMereka yang disebutkan dalam hadits Tsauban disifati dengan kalimat โ€œูŠู†ุชู‡ูƒูˆู† ู…ุญุงุฑู… ุงู„ู„ู‡โ€ menerjang larangan Allah. Sifat ini menunjukkan akan penghalalan mereka terhadap larangan Allah tersebut atau menunjukkan bahwa mereka sangat melampaui batas dalam melakukannya dalam kondisi tersebut. Melampaui batas karena mereka merasa aman dari makar dan siksa Allah, serta absennya perhatian mereka bahwa sebenarnya Allah pasti mengetahui perbuatan karena itu, mereka berhak memperoleh hukuman berupa gugurnya amalan shalih yang telah dikerjakan oleh mereka. Ancaman yang ada dalam hadits tersebut semata-mata bukan dikarenakan melakukan kemaksiatan. Inilah mengapa Tsauban radhiallahu anhu bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk menjelaskan sifat mereka karena khawatir para sahabat juga termasuk di dalam ancaman tanpa disadari. Pertanyaan semisal ini merupakan pertanyaan yang dilakukan untuk mengenal kondisi hati pelaku kemaksiatan tersebut, bukan semata-mata untuk mengetahui perbuatan Muhammad al-Mukhtar asy-Syinqithiy hafizhahullah mengatakan, โ€œMaksud dari hadits ini adalah mereka memiliki sifat meremehkan dan โ€ฆ Allah, sehingga terdapat perbedaan antara kemaksiatan yang mendatangkan penyesalan dengan kemaksiatan yang tidak mendatangkan penyesalan bagi pelakunya. Berbeda seorang yang bermaksiat ketika sendiri dengan seorang yang meremehkan Allah, di mana kebaikannya di hadapan manusia merupakan tindakan riyaโ€™ meski banyak seperti gunung. Apabila dirinya berada di tengah-tengah orang shalih, dirinya menampakkan amalan yang baik karena berharap sesuatu kepada manusia, bukan berharap pahala kepada Allah. Maka, orang ini mengerjakan amal shalih yang banyaknya seperti gunung, secara lahiriah merupakan kebaikan, akan tetapi tatkala bersendirian dirinya menerjang larangan Allah. Tatkala tersembunyi dari pandangan manusia, dia tidak mengagungkan Allah dan tidak pula takut dengan seorang yang bermaksiat ketika bersendirian namun di dalam hatinya terdapat penyesalan, dia tidak menyukai dan membenci kemaksiatan tersebut, serta Allah memberikan karunia penyesalan atas kemaksiatan yang telah dilakukan. Seorang yang bermaksiat dalam kondisi bersendirian namun merasa menyesal dan merasa terluka atas kemaksiatan yang dilakukan, bukanlah dikatakan sebagai orang yang menerjang larangan Allah karena pada asalnya orang tersebut mengagungkan syiโ€™ar-syiโ€™ar Allah, namun syahwat telah menguasainya sehingga dia pun menyesali kemaksiatan tersebut. Adapun orang yang sebelumnyaadalah pribadi yang berkarakter lancang danberani menentang makna dari hadits Tsauban mengingat hadits tersebut tidaklah menerangkan perihal satu orang, dua orang atau berbicara tentang kriteria tertentu, namun hadits tersebut menerangkan sifat-sifat secara sempurna. Di antara manusia ada yang bermaksiat tatkala bersendirian dan hatinya memang menentang Allah. Sedangkan yang lain bermaksiat tatkala bersendiri karena takluk akan syahwat, namun jika ditelisik lebih jauh, terkadang keimanan yang dimilikinya mampu mengalahkan syahwat tersebut dan mampu mencegah dirinya untuk bermaksiat. Akan tetapi dalam beberapa kondisi syahwat membutakannya karena memang syahwat mampu membutakan dan membuat seorang jadi tuli sehingga dia tidak mampu menerima nasehat. Akhirnya dia pun terjerumus ke dalam kemaksiatan dan digelincirkan setan. Allah berfirman,ุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ุงุณู’ุชูŽุฒูŽู„ู‘ูŽู‡ูู…ู ุงู„ุดู‘ูŽูŠู’ุทูŽุงู†ู ุจูุจูŽุนู’ุถู ู…ูŽุง ูƒูŽุณูŽุจููˆุง ูˆูŽู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ุนูŽููŽุง ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูู…ู’โ€œHanya saja mereka digelincirkan oleh setan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat di masa lampau dan sesungguhnya Allah telah memberi maaf kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantunโ€ Ali Imraan 155.Ayat di atas menerangkan bahwa apabila hamba digelincirkan setan hingga bermaksiat, namun di lubuk hatinya masih terdapat pengakuan bahwa dirinya telah berbuat dosa, Allah juga mengetahui tatkala bermaksiat ada penyesalan dalam dirinya, benci akan kemaksiatan tersebut hingga sebagian di antara mereka ketika bermaksiat ada yang berangan-angan agar dirinya diwafatkan sebelum melakukan kemaksiatan tersebut. Orang yang demikian ini sebenarnya orang yang masih mengagungkan Allah, akan tetapi dia belum diberi karunia berupa keimanan yang dapat menghalanginya dari perbuatan maksiat. Dan terkadang Allah mengujinya dengan kemaksiatan tersebut dikarenakan dia telah menghina orang lain, durhaka pada orang tua, atau memutus silaturahim sehingga Allah tidak menurunkan rahmat-Nya. Bisa juga dia menyakiti ulama atau salah seorang wali Allah sehingga Allah pun mengumumkan perang terhadap dirinya. Dengan demikian kondisi orang tersebut layaknya seorang yang sedang dihinakan meski dalam hatinya dia idak ridha terhadap perbuatan seorang yang bermaksiat tatkala bersendirian memiliki beberapa tingkatan. Di antara mereka melakukan kemaksiatan dan dalam hatinya terdapat sikap lancang dan meremehkan Allah. Anda dapat melihat sebagian pelaku kemaksiatan ketika bermaksiat, di mana tidak ada seorang pun yang melihat dan memperingati dirinya, dia melakukan kemaksiatan tersebut dengan bangga, angkuh, dan pencemoohan terhadap Allah. Mereka mengucapkan kalimat-kalimat penghinaan dan melakukan berbagai perbuatan yang meremehkan kekuasaan Allah, tatkala seseorang menasehatinya dia pun menolak dengan penuh keangkuhan sehingga dirinya menganggap remeh keagungan Allah, agama dan syariโ€™at-Nya. Orang ini secara lahiriah apabila berada di hadapan manusia dia tetap shalat dan berpuasa, namun jika bersendirian dia bermaksiat dan meremehkan keagungan Allah โ€“wal iyaadzu billah-. Orang yang demikian tentu tidak sama dengan mereka yang terkalahkan oleh syahwat, terfitnah dengan apa yang dilihatnya namun menyadari bahwa kemaksiatan yang dilakukannya dapat membawa musibah dan kehancuran. Dia mengerjakan kemaksiatan tersebut, namun hatinya tidak nyaman dengan maksiat tersebut, merasa terluka dan menyesal ketika telah demikian, kandungan hadits Tsauban ini tidak bersifat mutlak. Kandungan dari hadits ini hanya mencakup mereka yang bermaksiat di kala bersendirian dan di dalam dirinya terdapat penentangan dan sikap meremehkan ketentuan-ketentuan Allah โ€“wal iyaadzu billah-โ€ Syarh Zaad al-Mustaqโ€™niโ€™.Semoga Allah menganugerahkan dan menghiasi hati kita dengan keimanan, serta kita memohon kepada-Nya agar menganugerahi diri kita agar membenci kekufuran, kefasikan dan Juga Pengaruh Shalat Dan Maksiat Terhadap Rezeki***Penulis Muhammad Nur Ichwan MuslimArtikel
Tidakada ketaatan dalam bermaksiat kepada Allah Sunan Ibnu Majah Kitab Jihad. kecuali apabila diperintahkan untuk berbuat maksiat, maka tidak ada kata mendengar dan taat. Nadzar dalam maksiat Sunan Ibnu Majah Kitab Kafarah. wasallam bersabda: "Tidak ada nadzar dalam bermaksiat, dan tidak ada nadzar dalam perkara yang anak Adam tidak mampu

Oleh Aisyah Qosim* Bismillรขhi walhamdulillรขh wash-shalรขtu was-salรขmu ala rasรปlillรขh, Saudaraku pembaca yang dirahmati Allah๏ทป, sebagai orang yang beriman, sudah seharusnya kita menjauhi segala bentuk kemaksiatan, apapun bentuk maksiatnya. Karena segala bentuk kemaksiatan baik kemaksiatan yang sifatnya tampak ataupun tersembunyi itu memiliki dampak buruk, tercela serta membahayakan hati dan badannya di dunia maupun di akhirat, yang jumlahnya tidak diketahui secara pasti kecuali oleh Allah semata. Ibarat air jernih dalam bejana yang ditetesi tinta hitam, maka akan menjadikan air tersebut berubah warna. Setetes demi setetes warna gelap akan mendominasi. Semakin banyak tetesan tinta hitamnya, maka akan semakin pekat warna hitamnya. Namun jika bejana air tersebut dialiri dengan air yang jernih maka warna gelap akan mengalir menghilang sehingga kerjernihan air akan tampak segar. Begitulah perumpaan dengan amal shalih dan maksiat. Semakin banyak dosa atau maksiat yang dilakukan, maka akan semakin banyak kebaikan yang terlewatkan. Sebaliknya, semakin banyak amal shalih yang kita lakukan, maka akan semakin besar peluang kita untuk mendapatkan kebaikan dari Allah๏ทป. Ibnu Qayyim al Jauziyah t dalam ad-dรขโ€™ wa ad-dawรขโ€™ menyebutkan ada 51 dampak kemaksiatan bagi pelakunya, namun dalam tulisan ini akan disampaikan 10 dampak kemaksiatan[1]. Diantara dampaknya adalah Maksiat menghalangi masuknya ilmu Ilmu adalah cahaya yang Allah masukkan ke dalam hati, sedangkan maksiat adalah pemadam cahaya tersebut. Imam Asy-Syafiโ€™i berkata, โ€œAku mengadu kepada Wakiโ€™ tentang buruknya hafalanku, dia pun berkata, Ketahuilah, sesungguhnya ilmu itu karunia, dan karunia Allah tidak akan diberikan pada orang bermaksiatโ€™[2]. Maksiat menghalangi datangnya rezeki Disebutkan dalam al-Musnad[3], dari Tsauban, dia mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, โ€œSesungguhnya seorang itu benar-benar terhalangi dari rezeki karena dosa yang dilakukannya.โ€ Sebagaimana takwa kepada Allah akan mendatangkan rezeki, maka meninggalkan takwa akan menyebabkan kefakiran. Tidak ada yang dapat mendatangkan rezeki kecuali dengan meninggalkan maksiat. Maksiat menyebabkan kehampaan hati dari mengingat Allah Kehampaan hati yang dirasakan oleh pelaku maksiat, antara dirinya dan Allah, sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan kelezatan apapun. Meskipun seluruh kelezatan dunia terkumpul padanya, tetap saja ia tidak akan mampu menutupi rasa hampa tersebut. Ada yang mengadu kepada sebagian orang arif tentang kehampaan yang dirasakannya dalam jiwa, lalu pengaduan ini ditanggapi dengan ungkapan, โ€œBila engkau telah merasakan hampa karena dosa, maka tinggalkanlah ia, jika engkau mau dan raihlah kebahagiaan.โ€ Tidak ada yang terasa lebih pahit bagi hati dari pada kehampaan yang disebabkan dosa di atas dosa. Maksiat membuat pelakunya asing di antara orang baik Merasa terasing dari orang lain pasti dialami pelaku maksiat, terutama terhadap orang-orang baik di antara mereka. Jika keterasingan itu menguat, dia pun makin jauh dari mereka. Akibatnya, seorang itu tidak dapat memperoleh berkah dengan mengambil manfaat dari orang shalih tersebut. Rasa terasingan ini akan bertambah kuat, bahkan semakin merajalela, sampai-sampai mempengaruhi hubungannya dengan isteri, anak, kerabat, bahkan terhadap jiwanya, sehingga nampak terasing meskipun terhadap dirinya sendiri. Sebagian salaf berkata, โ€œAku pernah bermaksiat kepada Allah, lalu kurasakan bahwa kemaksiatan itu mempengaruhi tingkah laku isteri dan hewan tungganganku.โ€ Maksiat membuat semua urusan dipersulit Tidaklah pelaku maksiat melakukan suatu urusan, melainkan dia akan menemui berbagai kesulitan dan jalan buntu dalam menyelesaikannya. Demikianlah faktanya, sekiranya orang itu bertakwa kepada Allah, niscaya urusannya dimudahkan oleh Allah. Begitu pula sebaliknya, siapa yang mengabaikan takwa niscaya urusannya akan dipersulit oleh Allah. Maksiat menghadirkan kegelapan ke dalam hati pelakunya Pelaku maksiat merasakan kegelapan di dalam hatinya sebagaimana merasakan gelapnya malam jika telah larut. Kegelapan karena maksiat ini di dalam hatinya bagaikan gelapnya ruangan bagi matanya. Ketaatan adalah cahaya dan maksiat adalah kegelapan. Apabila kegelapan menguat, maka kebingungan juga bertambah sehingga pelakukanya terjatuh dalam berbagai bidโ€™ah dan perkara yang membinasakan, sedangkan ia tidak menyadarinya. Keadaannya seperti orang buta yang berjalan keluar sendirian pada malam yang gelap gulita. Maksiat melemahkan hati dan badannya Dampak buruk maksiat dengan melemahnya hati merupakan perkara yang tampak dengan amat jelas, bahkan akan senantiasa memperlemahnya hingga berhasil memadamkan cahaya hati secara keseluruhan. Adapun pengaruh maksiat yang melemahkan badan dikarenakan kekuatan seorang mukmin adalah bersumber dari hati. Jika hatinya kuat, badannya juga kuat. Adapun orang yang berdosa adalah orang yang paling lemah ketika dibutuhkan, meskipun memiliki tubuh yang kuat. Kekuatan tersebut justru tidak hadir pada saat dirinya benar-benar membutuhkan. Maksiat menghalangi ketaatan Andaikata perbuatan dosa tidak ada hukumannya kecuali akan menghalangi ketaatan, yang seharusnya menempati posisi dosa tersebut, serta merintangi jalan menuju ketaatan kedua, ketaatan ketiga, keempat dan seterusnya, maka hukuman ini sudah cukup. Banyak sekali ketaatan yang terputus karena dosa. Padahal satu ketaatan, lebih baik dari pada dunia berserta isinya. Hal ini bagaikan seseorang yang memakan suatu hidangan yang menyebabkannya sakit berkepanjangan sehingga dia tidak bisa lagi menikmati berbagai hidangan yang lebih enak dari pada hidangan tadi. Wallรขhul mustaโ€™รขn. Kemaksiatan memperpendek umur dan menghilangkan keberkahan Hakikat kehidupan adalah hidupnya hati. Seberapa lama hati itu hidup maka sepanjang itulah umur manusia. Ia tidak lain hanyalah waktu-waktu yang dipergunakan untuk mengingat Allah. Pada saat itulah takwa dan kebaikannya bertambah. Inilah hakikat umurnya, yang tiada lagi umur selainnya. Kemaksiatan menghasilkan kemaksiatan lain yang semisalnya Kemaksiatan akan menanam benih kemaksiatan yang semisalnya. Sebagiannya melahirkan sebagian yang lain. Sampai-sampai pelakunya merasa sulit untuk meninggalkan dan keluar dari maksiat tersebut. Sebagian salaf mengatakan, Hukuman dari keburukan adalah munculnya keburukan setelahnya, sedangkan ganjaran dari kebaikan adalah munculnya kebaikan sesudahnya. Jika seorang hamba melakukan kebaikan, maka kebaikan lain akan berkata kepadanya, Amalkan aku juga.โ€™ Apabila dia melakukannya, maka kebaikan yang lain lagi akan mengatakan hal yang serupa, demikianlah seterusnya. Alhasil, berlipat gandalah keuntungannya dan bertambahlah kebaikannya. Demikian pula dengan maksiat. Hal itu terus berlangsung hingga ketaatan atau kemaksiatan menjadi suatu sifat dan kebiasaan yang melekat dan tetap pada diri seseorangโ€™. Wallรขhu aโ€™lam bi ash-shawwรขb.[] Mutiara Hikmah Rasulullah๏ทบ bersabda, ู…ูŽุง ู‚ูŽู„ู‘ูŽ ูˆูŽูƒูŽููŽู‰ ุฎูŽูŠู’ุฑูŒ ู…ูู…ู‘ูŽุง ูƒุซูุฑูŽ ูˆูŽุฃูŽู„ู’ู‡ูŽู‰ โ€œSesungguhnya yang sedikit dan mecukupi lebih baik daripada yang banyak namun melalaikan.โ€ Ahmad V/197, Ibnu Hibbรขn VIII/121 dan al-Hรขkim II/482 Hadits ini dinilai shahรฎh oleh Imam Ibnu Hibbรขn, al-Hรขkim dan disepakati oleh Imam ash-Shahรฎhah Marรขjiโ€™ * IRT tinggal di Yogyakarta. [1] Dampak maksiat yang lainnya, silahkan merujuk kepada Ibnu Qayyim al H. Ad-Dรข wa ad-Dawรข. Jakarta Pustaka Imam Syafiโ€™i. hal. 127-238 [2] Dรฎwรขn asy-Syafiโ€™i. hal. 54 disebutkan dalam Ad-Dรข wa ad-Dawรข, [3] Al-Musnad V/277. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah disebutkan dalam Ad-Dรข wa ad-Dawรข, Download Buletin klik disini

Apakata ulama tentang maksiat. Jika manusia seperti kita ini mungkin perbuatan maksiat kepada Allah itu masih suka di lakukan baik yang kadarnya besar maupun kadarnya kecil .Tetapi Allah Subhanahu wa ta'ala dapat mengampuni semua perbuatan Maksiat ini jika hambanya mau bertobat kepadanya.Yang berbahaya itu ketika Manusia sedang berbuat
Skip to content HomeLandasan AgamaFikih dan MuamalahNasihat HatiNasihat UlamaSejarah IslamHomeLandasan AgamaFikih dan MuamalahNasihat HatiNasihat UlamaSejarah IslamHomeLandasan AgamaFikih dan MuamalahNasihat HatiNasihat UlamaSejarah Islam MAKSIAT ITU MENGHALANGI DATANGNYA ILMU, TERMASUK DALAM HAL MENGHAFAL ALQURAN Home/Landasan Agama/MAKSIAT ITU MENGHALANGI DATANGNYA ILMU, TERMASUK DALAM HAL MENGHAFAL ALQURAN MAKSIAT ITU MENGHALANGI DATANGNYA ILMU, TERMASUK DALAM HAL MENGHAFAL ALQURAN Nasihat_Ulama MAKSIAT ITU MENGHALANGI DATANGNYA ILMU, TERMASUK DALAM HAL MENGHAFAL ALQURAN Gara-gara tak sengaja, iseng atau memang sengaja melihat gambar wanita telanjang, hafalan Alquran bisa hilang. Yang diherankan, ada yang diketahui suka baca Alquran, bahkan suaranya merdu, namun sayangnya sukanya nonton โ€œfilm gituanโ€. Ternyata ketika ditelusuri, hafalan Alqurannya saat dites sering โ€œtersendat-sendatโ€. Itu lantaran pandangan matanya tak bisa dijaga dari maksiat. Memang benar, Alquran akan sulit melekat pada ahli maksiat. Imam Syafiโ€™i rahimahullah berkata ุดูŽูƒูŽูˆู’ุชู ุฅูู„ูŽู‰ ูˆูŽูƒููŠู’ุนู ุณููˆู’ุกูŽ ุญููู’ุธููŠ โ€ฆ ููŽุฃูŽุฑู’ุดูŽุฏูŽู†ููŠ ุฅูู„ูŽู‰ ุชูŽุฑู’ูƒู ุงู„ู…ุนูŽุงุตููŠ ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงูุนู’ู„ูŽู…ู’ ุจูุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ุนูู„ู’ู…ูŽ ููŽุถู’ู„ูŒ โ€ฆ ูˆูŽููŽุถู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ู„ุงูŽูŠูุคู’ุชูŽุงู‡ู ุนูŽุงุตู โ€œAku pernah mengadukan kepada Wakiโ€™ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau mengarahkanku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa ilmu adalah karunia. Karunia Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.โ€ Ad-Daaโ€™ wa Ad-Dawaaโ€™, hlm. 84 Apa yang disebutkan di atas dalam bait syair menunjukkan, bahwa maksiat itu menghalangi datangnya ilmu, termasuk dalam hal menghafal Alquran. Ketika hati kita berbuat maksiat, adalah seperti disebutkan dalam ayat berikut ini ูƒูŽู„ู‘ูŽุง ุจูŽู„ู’ ุฑูŽุงู†ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ู‚ูู„ููˆุจูู‡ูู…ู’ ู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ููˆุง ูŠูŽูƒู’ุณูุจููˆู†ูŽ โ€œSekali-kali tidak demikian. Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.โ€ QS. Al-Muthaffifin 14. Walau memang istilah dalam ayat adalah untuk orang kafir. Karena ada tiga istilah yang menerangkan tentang hati Ar-rain, keadaan hati orang kafir. Al-ghaim, keadaan hati Abrar wali Allah pertengahan. Al-ghain, keadaan hati Muqarrabin wali Allah terdepan. Tafsir Alquran Al-Azhim, 7 511 Namun keadaan hati yang bermaksiat tetap makin gelap, seperti diterangkan pula dalam hadis berikut ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจูู‰ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ุนูŽู†ู’ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู -ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…- ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏูŽ ุฅูุฐูŽุง ุฃูŽุฎู’ุทูŽุฃูŽ ุฎูŽุทููŠุฆูŽุฉู‹ ู†ููƒูุชูŽุชู’ ููู‰ ู‚ูŽู„ู’ุจูู‡ู ู†ููƒู’ุชูŽุฉูŒ ุณูŽูˆู’ุฏูŽุงุกู ููŽุฅูุฐูŽุง ู‡ููˆูŽ ู†ูŽุฒูŽุนูŽ ูˆูŽุงุณู’ุชูŽุบู’ููŽุฑูŽ ูˆูŽุชูŽุงุจูŽ ุณูู‚ูู„ูŽ ู‚ูŽู„ู’ุจูู‡ู ูˆูŽุฅูู†ู’ ุนูŽุงุฏูŽ ุฒููŠุฏูŽ ูููŠู‡ูŽุง ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ุชูŽุนู’ู„ููˆูŽ ู‚ูŽู„ู’ุจูŽู‡ู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุงู†ู ุงู„ู‘ูŽุฐูู‰ ุฐูŽูƒูŽุฑูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูƒูŽู„ุงู‘ูŽ ุจูŽู„ู’ ุฑูŽุงู†ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ู‚ูู„ููˆุจูู‡ูู…ู’ ู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ููˆุง ูŠูŽูƒู’ุณูุจููˆู†ูŽ Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Rasulullah ๏ทบ, beliau bersabda โ€œSeorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali berbuat maksiat, maka ditambahkan titik hitam tersebut, hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan โ€œAr Raanโ€ yang Allah sebutkan dalam firman-Nya yang artinya Sekali-kali tidak demikian. Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati merekaโ€™.โ€ HR. Tirmidzi, no. 3334; Ibnu Majah, no. 4244; Ibnu Hibban, 7 27; Ahmad 2 297. Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini Hasan Shahih. Al-Hafizh Abu Thahir menyatakan bahwa hadis ini Hasan. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan โ€œYang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah dosa di atas tumpukan dosa, sehingga bisa membuat hati itu gelap, dan lama kelamaan pun mati.โ€ Demikian pula yang dikatakan oleh Mujahid, Qatadah, Ibnu Zaid dan selainnya. Tafsir Alquran Al-Azhim, 7 512 Ibnu Taimiyah rahimahullah menyebutkan perkataan Hudzaifah dalam fatawanya. Hudzaifah berkata โ€œIman membuat hati nampak putih bersih. Jika seorang hamba bertambah imannya, hatinya akan semakin putih. Jika kalian membelah hati orang beriman, kalian akan melihatnya putih bercahaya. Sedangkan kemunafikan membuat hati tampak hitam kelam. Jika seorang hamba bertambah kemunafikannya, hatinya pun akan semakin gelap. Jika kalian membelah hati orang munafik, maka kalian akan melihatnya hitam mencekam.โ€ Majmuโ€™ Al-Fatawa, 15 283 Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah mengatakan โ€œJika dosa semakin bertambah, maka itu akan menutupi hati pemiliknya. Sebagaimana sebagian salaf mengatakan mengenai surat Al Muthoffifin ayat 14 โ€œYang dimaksud adalah dosa yang menumpuk di atas dosa.โ€ Ad-Daaโ€™ wa Ad-Dawaaโ€™, hlm. 93 Kata Al-Hasan Al-Bashri pula โ€œItu adalah dosa yang menumpuk di atas dosa, sehingga membuat hati menjadi kelam.โ€ Ad-Daaโ€™ wa Ad-Dawaaโ€™, hlm. 93 Semoga kita tidak menjadi orang yang dijauhkan dari Alquran, gara-gara kelamnya maksiat yang menutupi hati. Referensi Ad-Daaโ€™ wa Ad-Dawaaโ€™. Cetakan kedua, tahun 1430 H. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Tahqiq Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Tafsir Alquran Al-Azhim. Cetakan pertama, tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq Abu Ishaq Al-Huwaini. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Penulis Muhammad Abduh Tuasikal Sumber Related Posts
Sekitar73 hadits. Sesuatu yang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam berlindung darinya Kitab Doa. bersabda: "Memintalah kalian kepada Allah ilmu yang bermanfa'at, dan berlindunglah kalian kepada Allah dari ilmu yang tidak. Belajar bintang (ramal) Kitab Adab wasallam bersabda: "Barang siapa mengambil ilmu perbintangan, berarti ia telah mengambil satu cabang dari ilmu sihir, yang selalu

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู…ู Allah azza wa jalla berfirman, ูˆูŽุงุชู‘ูŽู‚ููˆุง ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูˆูŽูŠูุนูŽู„ู‘ูู…ููƒูู…ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู โ€œDan bertakwalah kepada Allah; dan Allah akan mengajarimu.โ€ [Al-Baqoroh 282] Allah azza wa jalla juga berfirman, ูŠูŽุงุฃูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุง ุฅูู†ู’ ุชูŽุชู‘ูŽู‚ููˆุง ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ู’ ู„ูŽูƒูู…ู’ ููุฑู’ู‚ูŽุงู†ู‹ุง ูˆูŽูŠููƒูŽูู‘ูุฑู’ ุนูŽู†ู’ูƒูู…ู’ ุณูŽูŠู‘ูุฆูŽุงุชููƒูู…ู’ ูˆูŽูŠูŽุบู’ููุฑู’ ู„ูŽูƒูู…ู’ ูˆูŽุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุฐููˆ ุงู„ู’ููŽุถู’ู„ู ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู…ู โ€œWahai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan ilmu untuk membedakan antara kebenaran dan kebatilan, menghapuskan kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.โ€ [Al-Anfal 29] Al-Imam Al-Mufassir As-Saโ€™di rahimahullah berkata, ูˆุงุณุชุฏู„ ุจู‚ูˆู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ {ูˆูŽุงุชู‘ูŽู‚ููˆุง ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูˆูŽูŠูุนูŽู„ู‘ูู…ููƒูู…ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู} ุฃู† ุชู‚ูˆู‰ ุงู„ู„ู‡ุŒ ูˆุณูŠู„ุฉ ุฅู„ู‰ ุญุตูˆู„ ุงู„ุนู„ู…ุŒ ูˆุฃูˆุถุญ ู…ู† ู‡ุฐุง ู‚ูˆู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ {ูŠูŽุง ุฃูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุง ุฅูู†ู’ ุชูŽุชู‘ูŽู‚ููˆุง ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ู’ ู„ูŽูƒูู…ู’ ููุฑู’ู‚ูŽุงู†ู‹ุง} ุฃูŠ ุนู„ู…ุง ุชูุฑู‚ูˆู† ุจู‡ ุจูŠู† ุงู„ุญู‚ุงุฆู‚ุŒ ูˆุงู„ุญู‚ ูˆุงู„ุจุงุทู„ โ€œFirman Allah taโ€™ala, Dan bertakwalah kepada Allah; dan Allah akan mengajarimu.โ€™ Al-Baqorah 282 Dapat dijadikan dalil bahwa takwa kepada Allah adalah sarana untuk menggapai ilmu agama. Namun yang lebih jelas sisi pendalilannya adalah firman Allah taโ€™ala, Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan.โ€™ Al-Anfal 29 Maknanya adalah Allah akan memberikan ilmu agama yang dengannya kalian dapat โ€“ Mengenal hakikat. โ€“ Membedakan antara kebenaran dan kebatilan.โ€ [Tafsir As-Saโ€™di, hal. 105] Asy-Syaikh Al-Allamah Ibnul Utsaimin rahimahullah berkata, ูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ู’ ู„ูŽูƒูู…ู’ ููุฑู’ู‚ูŽุงู†ู‹ุง; ุฃูŠ ูŠุฌุนู„ ู„ูƒู… ู…ุง ุชูุฑู‚ูˆู† ุจู‡ ุจูŠู† ุงู„ุญู‚ ูˆุงู„ุจุงุทู„ุŒ ูˆุจูŠู† ุงู„ุถุงุฑ ูˆุงู„ู†ุงูุนุŒ ูˆู‡ุฐุง ูŠุฏุฎู„ ููŠู‡ ุงู„ุนู„ู… ุจุญูŠุซ ูŠูุชุญ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ู‰ ุงู„ุฅู†ุณุงู† ู…ู† ุงู„ุนู„ูˆู… ู…ุง ู„ุง ูŠูุชุญ ู„ุบูŠุฑู‡ุŒ ูุฅู† ุงู„ุชู‚ูˆู‰ ูŠุญุตู„ ุจู‡ุง ุฒูŠุงุฏุฉ ุงู„ู‡ุฏู‰ุŒ ูˆุฒูŠุงุฏุฉ ุงู„ุนู„ู…ุŒ ูˆุฒูŠุงุฏุฉ ุงู„ุญูุธุŒ ูˆู„ู‡ุฐุง ูŠุฐูƒุฑ ุนู† ุงู„ุดุงูุนูŠ ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡ ุฃู†ู‡ ู‚ุงู„ ุดูƒูˆุช ุฅู„ู‰ ูˆูƒูŠุน ุณูˆุก ุญูุธูŠ โ€ฆ ูุฃุฑุดุฏู†ูŠ ุฅู„ู‰ ุชุฑูƒ ุงู„ู…ุนุงุตูŠ ูˆู‚ุงู„ ุงุนู„ู… ุจุฃู† ุงู„ุนู„ู… ู†ูˆุฑ โ€ฆ ูˆู†ูˆุฑ ุงู„ู„ู‡ ู„ุง ูŠุคุชุงู‡ ุนุงุตูŠ ูˆู„ุง ุดูƒ ุฃู† ุงู„ุฅู†ุณุงู† ูƒู„ู…ุง ุงุฒุฏุงุฏ ุนู„ู…ู‹ุง ุงุฒุฏุงุฏ ู…ุนุฑูุฉ ูˆูุฑู‚ุงู†ู‹ุง ุจูŠู† ุงู„ุญู‚ ูˆุงู„ุจุงุทู„ุŒ ูˆุงู„ุถุงุฑ ูˆุงู„ู†ุงูุนุŒ ูˆูƒุฐู„ูƒ ูŠุฏุฎู„ ููŠู‡ ู…ุง ูŠูุชุญ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ู‰ ุงู„ุฅู†ุณุงู† ู…ู† ุงู„ูู‡ู…ุ› ู„ุฃู† ุงู„ุชู‚ูˆู‰ ุณุจุจ ู„ู‚ูˆุฉ ุงู„ูู‡ู…ุŒ ูˆู‚ูˆุฉ ูŠุญุตู„ ุจู‡ุง ุฒูŠุงุฏุฉ ุงู„ุนู„ู… โ€œFirman Allah taโ€™ala, Niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan.โ€™ Al-Anfal 29 Artinya kalian dapat membedakan โ€“ Antara kebenaran dan kebatilan. โ€“ Antara yang berbahaya dan yang bermanfaat. Maka ilmu agama termasuk dalam makna ayat ini, yaitu Allah taโ€™ala akan menganugerahkan ilmu-ilmu kepada orang yang bertakwa, yang tidak Allah berikan kepada orang yang tidak bertakwa. Karena sesungguhnya dengan takwa seseorang akan meraih โ€“ Tambahan petunjuk. โ€“ Tambahan ilmu. โ€“ Tambahan hapalan. Oleh karena itu disebutkan dari Al-Imam Asy-Syafiโ€™i rahimahullah, bahwa beliau berkata, ุดูƒูˆุช ุฅู„ู‰ ูˆูƒูŠุน ุณูˆุก ุญูุธูŠ โ€ฆ ูุฃุฑุดุฏู†ูŠ ุฅู„ู‰ ุชุฑูƒ ุงู„ู…ุนุงุตูŠ ูˆู‚ุงู„ ุงุนู„ู… ุจุฃู† ุงู„ุนู„ู… ู†ูˆุฑ โ€ฆ ูˆู†ูˆุฑ ุงู„ู„ู‡ ู„ุง ูŠุคุชุงู‡ ุนุงุตูŠ Aku pernah mengadukan kepada guruku; Wakiโ€™ akan buruknya hapalanku, maka beliau membimbingku untuk meninggalkan maksiat, dan beliau mengabarkan kepadaku bahwa ilmu itu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat.โ€™ Dan tidak diragukan lagi bahwa setiap kali bertambah ilmu seseorang maka bertambah pula kemampuannya mengenal dan membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Demikian pula termasuk dalam makna furqaan adalah pemahaman yang Allah bukakan untuk orang yang bertakwa, karena takwa adalah sebab kuatnya pemahaman, dan kekuatan yang dengannya akan menghasilkan tambahan ilmu.โ€ [Kitabul Ilm, hal. 44] Ketika Al-Imam Malik rahimahullah melihat kecerdasan muridnya; Asy-Syafiโ€™i muda yang luar biasa, maka Al-Imam Malik berkata kepada Al-Imam Asy-Syafiโ€™i rahimahumallah, ุฅูู†ู‘ููŠ ุฃูŽุฑูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽู„ู’ู‚ูŽู‰ ุนูŽู„ูŽู‰ ู‚ูŽู„ู’ุจููƒูŽ ู†ููˆุฑู‹ุงุŒ ููŽู„ูŽุง ุชูุทู’ููุฆู’ู‡ู ุจูุธูู„ู’ู…ูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูŽุนู’ุตููŠูŽุฉู โ€œSesungguhnya aku melihat tanda Allah subhanahu wa taโ€™ala telah menganugerahkan cahaya ilmu di hatimu, maka janganlah engkau padamkan cahaya tersebut dengan kegelapan maksiat.โ€ [Al-Jawaabul Kaafi, hal. 52] Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, ู…ู† ุงู„ุฐู†ูˆุจ ู…ุง ูŠูƒูˆู† ุณุจุจุง ู„ุฎูุงุก ุงู„ุนู„ู… ุงู„ู†ุงูุน ุฃูˆ ุจุนุถู‡ ุจู„ ูŠูƒูˆู† ุณุจุจุง ู„ู†ุณูŠุงู† ู…ุง ุนูู„ู… โ€œDiantara dosa-dosa, ada yang dapat menjadi sebab yang menghalangi ilmu yang bermanfaat atau sebagiannya, bahkan dapat menjadi sebab terlupanya ilmu yang sudah diketahui.โ€ [Majmuโ€™ Al-Fatawa, 14/160] Al-Allaamah Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, ููŽุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ูŽ ู†ููˆุฑูŒ ูŠูŽู‚ู’ุฐูููู‡ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูููŠ ุงู„ู’ู‚ูŽู„ู’ุจูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽุนู’ุตููŠูŽุฉู ุชูุทู’ููุฆู ุฐูŽู„ููƒูŽ ุงู„ู†ู‘ููˆุฑูŽ โ€œSesungguhnya ilmu agama adalah cahaya yang Allah curahkan di hati seorang hamba, dan maksiat mematikan cahaya tersebut.โ€ [Al-Jawaabul Kaafi, hal. 52] ูˆุจุงู„ู„ู‡ ุงู„ุชูˆููŠู‚ ูˆุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ู‰ ู†ุจูŠู†ุง ู…ุญู…ุฏ ูˆุขู„ู‡ ูˆุตุญุจู‡ ูˆุณู„ู… GABUNG TELEGRAM DAN GROUP WA TAโ€™AWUN DAKWAH & BIMBINGAN ISLAM Pembina Ustadz Sofyan Chalid bin Idham Ruray, Lc hafizhahullah Channel Telegram taawundakwah kajian_assunnah kitab_tauhid videokitabtauhid kaidahtauhid akhlak_muslim Gabung WAG Ketik Daftar Kirim ke Atau Medsos dan Website Facebook Instagram Website Yuk_share agar menjadi amalan yang terus mengalir insya Allah. Rasulullah shallallaahuโ€™alaihi wa sallam bersabda, ู…ูŽู†ู’ ุฏูŽู„ู‘ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฎูŽูŠู’ุฑู ููŽู„ูŽู‡ู ู…ูุซู’ู„ู ุฃูŽุฌู’ุฑู ููŽุงุนูู„ูู‡ู โ€œBarangsiapa menunjukkan satu kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya.โ€ [HR. Muslim dari Abu Masโ€™ud Al-Anshori radhiyallaahuโ€™anhu] Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.

KataIbnu Juraij, dan telah mengabarkan kepadaku Abdah bahwasanya Warrad mengabarinya dengan hadits ini, selanjutnya dikemudian hari kami mengutusnya ke Mu'awiyah dan aku mendengarnya ia memerintahkan manusia dengan bacaan itu. "Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rizki yang terbaik." (QS. Saba'/34 ๏ปฟMencari ilmu adalah kewajiban agama yang dibebankan kepada umat Islam sejak dari buaian hingga mau masuk liang lahat. Kewajiban tersebut harus dilakukan sendiri setiap orang yang sudah baligh tanpa kecuali, sedangkan bagi yang belum baligh, orang tua atau walinya yang harus bertanggung jawab. Mereka wajib mendidik sendiri atau dengan menyerahkan kepada guru untuk membantunya jika tidak mampu. Islam agama yang sangat sempurna dan hebat, setiap perbuatan harus berdasar ilmu jika ingin benar dan diterima Allah Swt. Jika semua umat Islam konsisten dan istiqomah menjalankan kewajiban mencari ilmu, kebodohan menjadi barang tabu tengah masyarakat. Betapa luasnya ilmu seseorang jika sejak kecil hingga mendekati ajal selalu belajar. Namun, apa yang terjadi saat ini sangat memperihatinkan, semangat belajar agama sangat rendah meski banyak tempat pengajian digratiskan. Mereka yang rajin belajarpun, kurang maksimal dalam penguasaan ilmu agamanya. Indikasinya, banyak muamalah yang dilakukan tanpa dasar ilmu agama, juga banyaknya kemaksiatan yang terjadi. Yang terjadi, ilmu agama hanya menghiasi rak-rak perpustakaan saja dan juga sulit diraih umat Islam, jadilah orang yang berilmu atau ulama itu langka. Agar kewajiban mencari ilmu ini maksimal, tidak terkesan asal belajar saja tanpa memperhatikan hasilnya, maka faktor ketakwaan harus diperhatikan. Allah Swt berfirman, ูˆูŽุงุชู‘ูŽู‚ููˆุง ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูˆูŽูŠูุนูŽู„ู‘ูู…ููƒูู…ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู Dan bertakwalah kepada Allah; dan Allah akan mengajarimu. 282. ูŠูŽุงุฃูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุง ุฅูู†ู’ ุชูŽุชู‘ูŽู‚ููˆุง ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ู’ ู„ูŽูƒูู…ู’ ููุฑู’ู‚ูŽุงู†ู‹ุง ูˆูŽูŠููƒูŽูู‘ูุฑู’ ุนูŽู†ู’ูƒูู…ู’ ุณูŽูŠู‘ูุฆูŽุงุชููƒูู…ู’ ูˆูŽูŠูŽุบู’ููุฑู’ ู„ูŽูƒูู…ู’ ูˆูŽุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุฐููˆ ุงู„ู’ููŽุถู’ู„ู ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู…ู Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan,menghapuskan kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. QS. Al-Anfal 29. Al Furqon adalah kemampuan atau ilmu untuk membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Ilmu adalah cahaya yang akan menerangi pemiliknya dalam menjalani kehidupan. Cahaya tersebut tidak mungkin Allah Swt berikan kepada mereka yang berani melanggar perintah-Nya atau bermaksiat. Dengan demikian, aktifitas belajar ilmu agama akan maksimal jika menjaga dirinya dari segala sesuatu yang berakibat dosa. Hanya orang minim dosa atau bertakwa yang layak Allah Swt beri ilmu bermanfaat. Faktor penghalang ilmu berupa kemaksiatan ini sangat diperhatikan para salafus salih atau ulama salih terdahulu. Banyak kisah yang menjadi buktinya. Perjalanan Imam Syafiโ€™i ra dalam mencari ilmu bisa menjadi pelajaran jika ingin mendapat ilmu yang bermanfaat. Beliau berkisah bahwa; ุดูŽูƒูŽูˆู’ุช ุฅู„ูŽู‰ ูˆูŽูƒููŠุนู ุณููˆุกูŽ ุญููู’ุธููŠ ููŽุฃูŽุฑู’ุดูŽุฏูŽู†ููŠ ุฅู„ูŽู‰ ุชูŽุฑู’ูƒู ุงู„ู’ู…ูŽุนูŽุงุตููŠ ูˆูŽุฃูŽุฎู’ุจูŽุฑูŽู†ููŠ ุจูุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ูŽ ู†ููˆุฑูŒ ูˆูŽู†ููˆุฑู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽุง ูŠูู‡ู’ุฏูŽู‰ ู„ูุนูŽุงุตููŠ Aku pernah mengadukan kepada guruku,Wakiโ€™ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukanke padaku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat. Iโ€™anatuth Tholibin, 2/190. Padahal kecerdasan dan daya hafal beliau sangat luar bisa. Beliau harus menutup kedua telinganya ketika pergi ke masjid dari rumahnya, karena hampir semua yang beliau dengar terekam dengan baik dalam hafalannya. Diriwayatkan dari Imam Asy Syafiโ€™i ra, beliau berkata, Aku telah menghafalkan Al Qurโ€™an ketika berumur 7 tahun. Aku pun telah menghafal kitab Al Muwathoโ€™ ketika berumur 10 tahun. Ketika berusia 15 tahun, aku pun sudah berfatwa.โ€™ Thorh At Tatsrib, 1/95-96. Orang dengan kecerdasan dan daya hafal istimewa diatas rata-rata saja sangat terganggu dengan sedikit kemaksian yang menimpanya, lalu bagaimana dengan zaman sekarang? Zaman penuh kemaksiatan, tentu lebih berat lagi jika ingin mendapatkan ilmu. Tak heran jika Imam Malik ra pernah menasihati Iman Syafiโ€™i sebagai usaha ingin menjaganya. Ketika Imam Malik ra melihat kecerdasan ada pada diri Imam Syafiโ€™i muda yang luar biasa, maka beliau menasihatinya ุฅูู†ู‘ููŠ ุฃูŽุฑูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽู„ู’ู‚ูŽู‰ ุนูŽู„ูŽู‰ ู‚ูŽู„ู’ุจููƒูŽ ู†ููˆุฑู‹ุงุŒ ููŽู„ูŽุง ุชูุทู’ููุฆู’ู‡ู ุจูุธูู„ู’ู…ูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูŽุนู’ุตููŠูŽุฉู Sesungguhnya aku melihat tanda Allah taโ€™ala telah menganugerahkan cahaya ilmu di hatimu, maka janganlah engkau padamkan cahaya tersebut dengan kegelapan maksiat. Al-Jawaabul Kaafi, hal. 52. Ilmu adalah cahaya, sedangkan kemaksiatan adalah kegelapan. Cahaya dan kegelapan tidak mungkin bisa bersatu dalam satu waktu dan tempat, salah satu pasti akan mengalahkan lainnya. Jika cahaya lebih kuat,maka teranglah tempat itu, namun jika kegelapan lebih kuat, maka cahaya otomatis akan meredup bahkan hilang sama sekali. Persis seperti yang Ibnul Qoyyim ra katakan ููŽุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ูŽ ู†ููˆุฑูŒ ูŠูŽู‚ู’ุฐูููู‡ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูููŠ ุงู„ู’ู‚ูŽู„ู’ุจูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽุนู’ุตููŠูŽุฉู ุชูุทู’ููุฆู ุฐูŽู„ููƒูŽ ุงู„ู†ู‘ููˆุฑูŽ. Sesungguhnya ilmu itu adalah cahaya yang Allah curahkan di hati seorang hamba, dan maksiat mematikan cahaya tersebut. Al Jawaabul Kaafi, hal. 52. Kemaksiatan atau dosa bisa menghalangi ilmu masuk dalam kalbu sesuai dengan kadarnya, semakin besar dosa yang dilakukan semakin banyak pula ilmu agama yang tergerus karenanya. Aneka kemaksiatan juga menentukan jenis ilmu yang bisa dihilangkan. Ibnu Taimiyah ra berkata dalam Majmu' Al-Fatawa, 14/160 bahwa; ู…ู† ุงู„ุฐู†ูˆุจ ู…ุง ูŠูƒูˆู† ุณุจุจุง ู„ุฎูุงุก ุงู„ุนู„ู… ุงู„ู†ุงูุน ุฃูˆ ุจุนุถู‡ ุจู„ ูŠูƒูˆู† ุณุจุจุง ู„ู†ุณูŠุงู† ู…ุง ุนูู„ู… Diantara dosa-dosa, ada yang dapat menjadi sebab yang menghalangi ilmu yang bermanfaat atau sebagiannya, bahkan dapat menjadi sebab terlupanya ilmu yang sudah diketahui. Proses atau urutan kemaksiatan bisa menutup dan menghilangkan ilmu adalah hati menjadi gelap karenanya. Setiap perbuatan maksiat akan menutup hatinya, jika terus berlangsung bisa sampai pada matinya hati. Allah Swt berfirman tentang perbuatan maksiat. ูƒูŽู„ู‘ูŽุง ุจูŽู„ู’ ุฑูŽุงู†ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ู‚ูู„ููˆุจูู‡ูู…ู’ ู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ููˆุง ูŠูŽูƒู’ุณูุจููˆู†ูŽ Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka. QS. Al Muthoffifin 14. Hasan Al Bashri ra berkata, Yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah dosa di atas tumpukan dosa sehingga bisa membuat hati itu gelap dan lama kelamaan pun mati. Tafsir Al Qurโ€™an Al Azhim, Ibnu Katsir, 14/ 268. Dipertegas lagi oleh Ibnul Qayyim ra dalam kitab Ad Daaโ€™ wad Dawaaโ€™,107 bahwa; Jika hati sudah semakin gelap, maka amat sulit untuk mengenal petunjuk kebenaran. Ilmu yang menjadi petunjuk akan sulit menembus hati yang gelap atau mati. Padahal ilmu sangat dibutuhkan orang beriman dalam menjalani hidupnya. Karena setiap kali bertambah ilmu seseorang maka bertambah pula kemampuannya mengenal dan membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Inilah makna Al Furqaan,yakni pemahaman yang Allah Swt bukakan untuk orang yang bertakwa, karena takwa adalah sebab kuatnya pemahaman, dan kekuatan yang dengannya akan menghasilkan tambahan ilmu. Semoga kita sanggup menjauhi kemaksiatan secara maksimal, sehingga ilmu kita kian hari kian bertambah dan bermanfaat serta barokah. Amin []
Monday 13 Rajab 1443 / 14 February 2022. Menu. HOME; RAMADHAN Kabar Ramadhan; Puasa Nabi; Tips Puasa
7sXD.
  • vin8w3ddh0.pages.dev/16
  • vin8w3ddh0.pages.dev/301
  • vin8w3ddh0.pages.dev/138
  • vin8w3ddh0.pages.dev/28
  • vin8w3ddh0.pages.dev/86
  • vin8w3ddh0.pages.dev/36
  • vin8w3ddh0.pages.dev/194
  • vin8w3ddh0.pages.dev/73
  • vin8w3ddh0.pages.dev/245
  • hadits tentang maksiat kepada allah dapat menghalangi ilmu